Jumat, 17 Januari 2014

Kisah kecerdikan Abu Nawas

Bismillahirrahmanirrahim 
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.


KATA PENGANTAR


     Abu Nawas piawai mengatasi berbagai persoalan rumit dengan style humor. Ada yang menyakini bahwa dari kesederhanaannya ia adalah seorang guru sufi namun ia tetap dekat dengan rakyat jelata bahkan konsis membela mereka yang lemah dan tertindas.


     Begitu benyak cerita lain yang diadopsi menjadi Kisah Abu Nawas sehingga kadang-kadang cerita tersebut tidak masuk akal bahkan terlalu menyakitkan orang timur, saya curiga jangan-jangan cerita-cerita Abu Nawas yang sangay aneh itu sengaja diciptakan oleh kaum orientalis untuk menjelek-jelekan masyarakat islam. Karena itu membaca cerita Abu Nawas kita Harus kritis dan waspada.

     Akan halnya dengan Nasrudin, tokoh ini tak kalah lucunya dengan Abu Nawas. Di Soviet kisah tentang Nasrudin ini telah dibuat film. Di RRC alias Beijing kisah tentang Nasrusin diterbitkan dalam buku cerita rakyat dengan bahasa Cina dan Inggris.

     Dua tokoh Sufi ini menjadi sumber inspirasi para pelawak dalam dan luar negeri bahkan tokoh politikus ada yang menggunakan trick Abu Nawas untuk menghadapi lawan-lawannya.



AKU SUDAH TAHU MAKA AKU
TIDAK MAU


     Abu Nawas orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M di Baghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia belajar bahsa arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang Badui padang pasir. Karena pergaulannya itu ia mahir bahasa arab dan adat istiadat dan kegemaran orang Arab. Ia juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi. Ia sempat pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya, keduanya menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad.
     Mari kita mulai kisah penggeli hati ini. Bapaknya Abu Nawas adalah penghulu Kerajaan Baghdad bernama Maulana. Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang sudah tua itu sakit parah akhirnya meninggal dunia.
     Abu Nawas dipanggil istana. ia diperintah Sultan (Raja) untuk mengubur jenazah bapaknya itu sebagaimana adat Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tata cara memandikan jenazah hingga mengkafani, menshalati dan mendo'akannya. Maka Sultan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu menggantikan kedudukan bapaknya.
     Namun... demi mendengar rencana sang Sultan. Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tiba-tiba nampak berubah menjadi gila.
     Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas mengambil batang sepotong batang pisang dan diperlakukannya seperti kuda, ia menunggang kuda dari batang pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuju rumahnya. Orang yang melihat menjadi terheran-heran dibuatnya.
     Pada hari yang lain ia mengajak anak-anak kecil dalam jumlah yang cukup banyak untuk pergi ke makam bapaknya. Dan di atas makam bapaknya itu ia mengajak anak-anak bermain rebana dan bersuka cita.
     Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawas itu, mereka menganggap Abu Nawas sudah menjadi gila karena ditinggal mati oleh bapaknya.
     Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari Sultan Harun Al Rasyid datang menemui Abu Nawas.
     "Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana". kata Wazir utusan Sultan.
    "Buat apa Sultan memanggilku, aku tidak ada keperluan dengannya.". Jawab Abu Nawas dengan entengnya seperti tanpa beban.
    "Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepada rajamu".
    "Hai Wazir, kau jangan banyak cakap, Cepat ambil kudaku ini dan mandikan disungai supaya bersih dan segar". Kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.
     Si Wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas.
     "Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sultan ? kata Wazir.
     "Katakan kepada rajamu, aku sudah tau maka aku tidak mau". Kata Abu Nawas.
     "Apa maksudmu Abu Nawas?"tanya Wazir dengan rasa penasaran.
    "Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada rajamu". Sergah Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si Wazir dan teman-temannya.
     Si Wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang seperti tak waras itu kepada Sultan Harun Al Rasyid.
     Dengan geram Sultan berkata, "Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus ! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa dia kemari dengan suka rela ataupun terpaksa".